Giddens dan Jalan Yang Lain

Oleh: Dodi Faedlulloh 

Pasca runtuhnya Uni Sovyet, demokrasi liberal bersorak girang. Kapitalisme diklaim sebagai sang pemenang dan menjadi jalan utama yang harus dipilih oleh seluruh umat di dunia. Para pengusungnya terus mendoktrin bahwa era kini telah berubah, dan tak ada alternatif lain selain kapitalisme. Dan luar biasanya, hal ini dianggap sebagai doxa atau “kebenaran”. 

Adalah Anthony Giddens, seorang teorisi asal Inggris yang menawarkan gagasan untuk bisa melampaui “kebenaran” ini. Baginya hidup bukan soal kapitalisme-sosialisme, selalu ada alternatif atau cara lain untuk menuju kesejahteraan sosial. Dalam karyanya, The Third Way, Giddens menuangkan kritiknya pada sosialisme, yang dianggapnya sudah mati. Namun ia juga memberi kritik pedas kepada kelompok “kanan”, ia mengatakan bahwa program neoliberal pun tak memadai dan kontradiktif. Hal ini yang membuat menarik, gagasannya mencoba untuk lepas dari kebuntuan kiri-kanan. 


Giddens menolak konsepsi sosialisme ortodoks, namun ia menerima sosialisme dalam makna sebagai doktrin etis yang memandang pemerintahan demokratis sosial untuk memberikan kesejahteraan sosial kepada masyarakat dan menghapus elemen ketidak-adilan dalam kapitalisme. Bahasa lainnya, merevisi kapitalisme menjadi lebih humanis. Giddens justru menilai inisiatif individu dan kesempatan sosial bagi seluruh warga negara bisa melahirkan kesejahteraan. Maka dari itu negara dan masyarakat sipil pun swasta harus bermitra, saling memberikan kemudahan, dan saling mengontrol. Namun kemitraan ini akan muncul bila kualitas demokrasi sudah tinggi, maka dari itu perlu pengembangan dan demokratisasi di tingkat komunitas. 

Dalam praktiknya ekonomi-politik jalan ketiga dimanifestasikan dalam agenda egalitarianisme dengan memberikan kesempatan yang sama yang menekankan pada tanggung jawab pribadi untuk membangun demokrasi dialogis. Kemudian adanya agenda anggaran berimbang, desentralisasi kekuasaan pemerintah ke tingkat serendah mungkin, meningkatkan pasokan tenaga kerja, investasi dalam pembangunan manusia, perlindungan modal sosial, dan perlindungan lingkungan. 

Pemikiran Giddens bukan tanpa kritik, gagasannya terus diserang bertubi-tubi dari sudut kiri dan kanan. Tapi menyoal pemikirannya yang kontroversial tersebut, kita bisa membacanya dengan cara berbeda. Giddens secara implisit mengajarkan tentang penolakan terhadap determinsime perspektif, ia menawarkan hal baru di tengah kebekuan cara pandang. Begitulah Giddens.

0 komentar:

 
Creative Commons License
All contens are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License.

Creative Commons [cc] 2011 Dodi Faedlulloh . Style and Layout by Dodi | Bale Adarma