Quality Time


Oleh: Dodi Faedlulloh

Akhirnya ada waktu yang bisa disenggangkan. Momen tahun baru yang saya bidik sebagai waktu bertemu keluarga akhirnya kecapai. Hari itu kami berjemaah touring bersama kawan seperjuangan Alfin, , Sukma dan dengan sedikit keberanian saya membawa sang pacar, Fetty ke Tasikmalaya. Sudah cukup lama saya tidak melakukan perjalanan jauh menggunakan motor, hal ini yang membuat saya mudah pegal dalam perjalanan. Namun nuansa perjalanan itu mengingatkan saya kembali ke awal-awal masa kuliah. Jika ada masa-masa libur, saya pasti touring bareng kawan seperjuangan. Sebuah memoar yang asyik!


Inilah waktu yang ditunggu sebagai ajang “penebus dosa”. Maklum, saya memang jarang pulang, dan sadisnya, saat sang ibunda pergi berangkat menunaikan ibadah haji, saya tidak sempat datang sekedar meminta doa. Berkomunikasi hanya via phone, tidak lebih. Parahnya sepulangnya beliau ke rumah, saya kembali tidak bisa datang sekedar mengucap “welcome”. Tak heran lah kawan-kawan saya sering memanggil saya “Bang Toyib”. Maka dari itu saya pilih tahun baru ini untuk pergi ke Tasik saja. Sebenarnya saya bukanlah orang yang suka merayakan tahun baruan. Bagi saya, setiap hari harus selalu ada yang baru, tanpa harus menunggu satu tahun lamanya. Ini aksidental saja, karena ada waktu liburnya.

Saya iseng menawarkan proposal liburan ini ke Fetty, dan ternyata dia juga sepakat untuk saya “culik” ke Tasik. Ya, maksud saya sekedar mengenalkan lebih dalam kepada keluarga. Maklum, orang tua saya terakhir bertemu dengan Uni, panggilan saya ke dia, tepat sekitar satu tahun lalu, pas saya diwisuda. Ketika ia tak ada agenda pulang ke Bekasi tahun baru ini, saya langsung kepikiran untuk mengambil keputusan itu.

Bertemu Khaira
Rencana-rencana kecil telah kami buat, dari mulai makan bersama, nonton film yang lagi booming, dan bertemu Khaira, sang keponakan yang cantik berumur 1 tahun 2 bulan. Sebelum ke Tasik saya dan Uni mencari hadiah untuk Khaira, sampai akhirnya menemukan boneka gajah lucu, yang kami beri nama Ele. Kependekan dari Elephant yang menjadi teman-teman dari boneka Khaira yang sudah hadir sebelumnya, ada Bear, Cow-cow, Ling-ling, Lung-lung dll.

Setelah istirahat sejenak, kami langsung bergegas ke rumah kakak saya untuk bertemu Khaira. Agak sulit pedekate dengan Khaira. Memang ujar orang tuanya (kakak dan kakak ipar) Khaira sulit akrab bagi yang baru ketemu. Iya baru ketemu, terakhir saya ketemu Khaira lebaran idul fitri kemarin. Dasar om yang durhaka! Namun dengan upaya keras, walaupun sempat dicuekin beberapa kali Uni akhirnya bisa meluluh-lantahkan ke-diam-annya si  mungil.. Kami bermain-main dengan Khaira. Ya itung-itung pemanasan sebelum punya anak beneran. Hehe.

Cengkrama
Pas  lagi di rumah saya biarkan Uni ngobrol banyak dengan kedua-orang tua saya. Saling mengorek satu sama lain. Ngobrol ini-itu yang diselingi senyum-tawa. Jujur saja, saya senang melihat pemandangan kecil itu. Bisa dikatakan ini pengalaman pertama saya membawa perempuan saya untuk dibawa ke rumah dan dikenalkan ke orang tua. Taruhlah ini sebagai upaya keseriusan saya. Mengingat umur saya udah 24 maju. Choice menikah tentu sudah jadi variable tersendiri, bukan?

Seperti yang disinggung sebelumnya, saya memang jarang merayakan tahun baruan. Momen ini pun keluarga saya tidak memliki agenda khusus. Hanya kemasan sederhana sekedar ngobrol asyik sambil nonton tv bareng. Kedekatan-kedekatan kultural ini memang yang selalu jadi menu di keluarga saya. Hal ini sekaligus memperkenalkan budaya ini untuk Uni.

Jalan-jalan
Mumpung di Tasik, saya ajak Uni jalan. Sekedar pengenalan Tasik, nunjukin rumah-rumah teman, sekolah saya dulu, jalur-jalur kecil, sampai ke tempat nongkrong favorit anak-anak Tasik, di mana lagi selain Asia Plaza.

Akhirnya saya jadi pemandu ia berbelanja, baru beberapa langkah, saya lah yang malah diajak ke tempat dompet dan tempat riasan. Bahkan saya pun juga terbujuk rayu di tempat perbelanjaan itu. Mini bag dan sandal saya beli juga. Mini bag untuk kuliah biar ga repot bawa tas besar, beli sandal ya untuk mengganti sandal (yang saya simpan di Tasik) yang telah kusam.

Nonton Habibie-Ainun pun jadi menu agenda kami. Rencananya mau ngajak kakak dan istrinya juga.Tapi saya si Khaira belum bisa ditinggalkan. Mau nitip ke kakeknya (ayah saya) itu juga belum bisa jadi pilihan. Maklum, Khaira sama sekali ga mau digendong selain sama Abi dan Uminya itu. Akhirnya kami memutuskan menonton berdua saja. Ekspetasi kami gak dapet seperti film 5 cm yang kami tonton sebelumnya di Purwokerto. Untuk menceritakan sosok luar biasa seperti Habibie, film ini belum memadai. Emosinya belum dapat. Banyak sisi anti-klimaksnya. Tapi sekurangnya film ini perlu diapresiasi, film-film biografi tokoh saya kira perlu dikembangkan. Atau film yang menceritakan tentang pahlawan-pahlawan nasional untuk mengenalkan sejarah secara audio visual.

Sempit-sempat
Walau tidak lama, tahun baru kemarin menjadi waktu yang berkualitas. Bertemu keluarga besar, momen yang tahun-tahun ini jarang saya dapatkan. Segenggam syukur patut dikepal sebagai pengiring semangat di awal tahun baru ini. Seperti yang saya ucapkan ke Uni saat perjalan pulang, “Selamat berkuliah lagi, mari berkarya, mari meraih prestasi!”. Mungkin ke depan saya harus lebih memprioritaskan waktu-waktu yang berkualitas ini. Walau sempit, sedikit menyempatkan. Soal bisa mengajak Uni ke Tasik, ya itu bonus bagi saya.


2 komentar:

Model Rumah mengatakan...

Sudah sepantasnyalah dalam kesibukan apapun kita tetap luangkan sedikit waktu untuk silaturrahim atau sekedar liburan bersama keluarga. mantab bro

renovasi rumah mengatakan...

ridho orang tua adalah sumber tabungan kita di akherat

 
Creative Commons License
All contens are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License.

Creative Commons [cc] 2011 Dodi Faedlulloh . Style and Layout by Dodi | Bale Adarma