Sosialisme, kata tersebut masih terdengar dan terkesan menyeramkan. Beda hal dengan term zakat, sebuah kata yang manis dan indah, khususnya bagi mereka yang muslim. Para borjuis pun larut dalam agenda pembersihan hartanya via zakat ini. Ketika sang hartawan itu lari berliku-liku dan sembunyi untuk menggemplang pajak tapi justru malah bertelanjang saat berbagi sebagian hartanya untuk zakat. Ada beberapa kerumitan dalam menjelaskan permukaan/fenomena ini. Mungkin karena ada janji surga atau karena habitus masyarakat kita yang doyan dalam hal simbolis-simbolis. Tampaknya akan lebih gagah bagi si riya menggelontorkan dana jutaan rupiah untuk shodakoh, zakat dan sebagainya daripada ratusan juta untuk membayar pajak, walaupun dalam kasus yang sama: sama-sama didengar dan dilihat khalayak luas.
Karl Marx mungkin alfa dalam pembahasan tentang hal yang transenden, karena alur filsafatnya yang matrealis jelas hanya membincangkan hal-ihwal penciptaan surga duniawi. Soal surga akhirat dan semacamnya biar diserahkan pada si individu-individu. Karena si Marx sendiri memilih atheist sebagai jalan hidupnya.
Sebelum Marx membumikan sosialisme yang ilmiah itu, konsepsi zakat sudah lama lahir sekitar sepuluh abad sebelumnya. Saya tidak tahu apakah Marx pernah membuka dan membaca Al-Quran atau tidak, dalam kesempatan ini pun saya tak akan mengutip ayat-ayat suci. Saya tidak sepandai para ustadz selebritis yang ramai dan sering berdakwah menghias layar televisi.
Walau tak berembel ustadz, kiyai dan semacamnya, saya memberanikan diri menulis tentang zakat. Dalam kacamata ekonomi politik, ada sisi revolusioner dari konsep zakat ini.
Mungkin Marx atau orang-orang setelahnya yang mendaku Marxis akan menganulir zakat karena praduga karakternya yang charity. Secara tidak langsung akan melanggengkan status-quo: ada yang borjuis si pembagi zakat dan si miskin yang melulu menjadi objek penerima.
Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, trasendental dan horizontal. Hal-ihwal transenden Marx akan memilih tidak peduli. Seperti halnya Lenin yang juga bersikap acuh tak acuh terhadap agama. Namun dimensi horisontalnya, saya kira, bagi yang memperjuangakan sosialisme, baik si muslim, sosialis, ataupun muslim sosialis harus bekerja dengan giat mempelajari dengan ketat zakat ini. Potensinya luar biasa. Misal menilik hasil kajian Asian Development Bank dan Badan Amil Zakat Nasional, potensi pengumpulan dana zakat di Indonesia dapat mencapai Rp 217 Triliun.
Zakat adalah sub dari sistem islam yang holistik. Keberadaanya berarti merupakan bagian dari sistem juga. Karena sudah menjadi sistem, mengidentifikasi zakat sebagai suatu yang charity atau philatropis menjadi keliru. Secara gradual zakat bisa mengarah pada perubahan sosial. Perlu diingat zakat bukan hanya zakat fitrah yang satu tahun sekali, ada zakat harta pun zakat profesi. Dengan memasifkan zakat dengan tujuan progresif, transformasi sosial dengan cara religi bisa dilakukan.
Dalam kapitalisme, distribusi harta dan output (produksi) dalam kehidupan masyarakat dikendalikan oleh mekanisme pasar. Ada penerapan hukum persaingan (supply-demand). Konsekuensinya selalu melahirkan kesenjangan sosial. Dalam sosialisme ada sentralisme pemerintah dalam arti negara untuk mendistribusikan ekonomi. Namun mari kita mengandaikan belas kasih negara untuk memperjuangkan zakat untuk sosialisme itu mimpi di siang bolong. Kita bisa kembali searching dan membaca berita-berita tentang maraknya korupsi di Kementrian Agama.
Zakat ini bisa dilakukan berjamaah. Tanpa bergantung pada pemerintah sejatinya zakat bisa dilakukan lewat antar lembaga swakelola yang menangani zakat. Secara tidak langsung, di sini saya ingin mengajak bagi yang memperjuangan sosialisme sebagai project sosial untuk tidak berkacamata kuda. Ada sistem zakat yang sebagai potensi sosial. Jika Marx tidak begitu peduli dengan agama, bagaimana kalau kita peduli? []
5 komentar:
zakat itu bila di lakukan dengan ikhlas bisa mengikis sifat kikir dan tamak, ironisnya di negeri ini sulit sekali rasanya menemukan orang2 yang tinggi kepedulian sosialnya... yang mereka pikirkan hanya soal perut...perut dan selangkangan yang bernama hedonisme...
semakin banyak memberi,
semakin banyak menerima dengan cara2 yang diluar fikiran kita..
membersihkan diri dengan berzakat..
subhanallah.. :)
kunjungan gan .,.
saat kau kehilangan arah ingatlah masih ada yang menolong mu
dan tetap berdoa mengharap untuk menemukan jalanmu.,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.
Bener Zakat itu wajib hukumnya :)
Btw temen2, mungkin temen2 disini ada yg dah pernah nyobain game online MMORPG PUTRA LANGIT ??, jadi gini aku baru-baru ini main game gokil keren ini neh - PUTRA LANGIT ONLINE - dah nyobain wa waktu itu pas masa alpha test gameplay-nya addicted banget loh banyak fitur menarik, klo mo tau lebih lanjut masuk aja fanspagenya di -> http://www.facebook.com/putralangit.online, dan MICROSITE-nya => http://putralangit.capple.net/microsite/ , game ini diangkat dari komik terkenal TONY WONG "LEGENDA PUTRA LANGIT" yang terkenal itu loh, cekidot aja biar lebih jelasnya di link2 yg ane kasih klo suka jangan lupa di like yo
zakat itu bukannya artinya memang pajak yah?
Posting Komentar