Televisi : Total Hegemoni

Oleh : Dodi Faedlulloh

Kini hampir di setiap rumah selalu hadir sebuah kotak ajaib bernama televisi. Tanpa kehadirannya kehidupan manusia seakan-akan menjadi tidak menarik lagi. Menjadi suatu hal yang menarik untuk memperbincangkan atau tepatnya mengkritik keberadaan televisi ditengah kehidupan manusia. Diakui atau tidak televisi telah mampu mengubah kehidupan manusia modern saat ini.

Kotak ajaib itu seakan telah menjadi suatu hal yang suci bagi peradaban manusia. Pemujaan terhadap televisi juga sudah menjadi lumrah. Televisi berhasil meraih posisi yang dijadikan sebagai panduan atau sebagai refrensi dalam kehidupan manusia mulai dari cara mereka berpakaian, makanan dan minuman yang mereka konsumsi, barang-barang yang mereka gunakan, tata rambut, cara bertingkah laku hingga menentukan mana yang baik dan mana yang salah. Manusia menemukan hiperrealitas dalam kotak ajaib itu, seakan-akan apa-apa yang menjadi sajian dalam televisi adalah bentuk nyata kehidupan manusia.

Dampak negatif dari keberadaan televisi sangatlah luas. Lihat saja semenjak adanya televisi, tayangan-tayangan semacam aksi kekerasan, erotisme dan pornografi menjadi hal yang lumrah. Celakanya lagi tayangan-tayangan seperti itu seringkali disaksikan oleh anak-anak. Akan sangat mudah lah dalam merusak generasi bangsa oleh karena satu hal saja : televisi.


Salah satu senjata televisi yang mampu menghipnotis mayoritas manusia adalah sajian iklan nan canggih, inspiratif dan kemasan yang sangat menarik. Adalah menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk mengetahu siapakah yang berada di belakang layar spot iklan yang selalu tampil beberapa detik dalam televisi. Siapa lagi kalau bukan mereka kaum kapitalis yang bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan periklanan yang konon katanya juga telah dikuasi oleh asing. Tokoh-tokoh dibalik layar itu telah berhasil menjalankan misinya untuk meng-agenda setting pola pikir para penikmat televisi.

Proses agenda-setting rasanya berjalan secara perlahan namun pasti memasuki relung-relung alam bawah sadar sehingga tanpa disadari menumbuh-kembangkan benih-benih konsumerisme yang memang sudah menjadi “ciri” manusia modern yang materilaistis.

Walau hanya beberapa detik saja apa yang ditayangkan dalam kotak ajaib itu ternyata mampu menggiring kesadaran kita untuk mencintai sebuah budaya baru budaya yang sama sekali tidak pernah ada sebelumnya sepanjang perjalanan peradaban umat manusia, yaitu budaya konsumerisme, memaksa manusia untuk membeli dan mengkonsumsi lebih banyak barang dan lebih banyak lagi walaupun barang-barang yang kita konsumsi atau kita beli itu belum tentu barang yang sejatinya menjadi kebutuhan kita. Hasrat kita dimanipulasi untuk terus bekerja dengan lebih keras untuk mendapatkan uang yang lebih banyak, tentunya hal ini berguna untuk memenuhi keinginan kita untuk terus mengkonsumsi.

Selain sajian-sajian iklan yang berhasil menjadi sasaran eksploitasi ekonomi, banyak hal lain yang menjadi dampak atas keberadaan televisi di tengah kehidupan manusia. Diantaranya adalah televisi telah berhasil mereduksi nilai-nilai dan kualitas seni serta selera penonton. Karena biasanya pemrograman acara siaran yang berorientasi pada aspek hiburan biasanya mengacu kepada apa yang paling menarik buat penonton. Sehingga dengan program-program yang ditayangkan telah berhasil mendikte manusia mana yang “baik” dan mana yang “buruk” sesuai dengan kemauan tokoh-tokoh di balik layar televisi.
Karena standar baik dan buruk telah direkayasa sedemikian rupa maka moralitas para penontonlah yang jadi taruhannya. Seksualitas dan kekerasan terumbar begitu saja lewat kotak ajaib ini. Sajian-sajian tersebut mampu menembus alam bawah sadar manusia yang berdampak si penonton akan menjadi follower setia arus yang dibuat televisi.

Singkat kata, kotak ajaib itu menjebak kita untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang televisi inginkan sebagaimana tayangan-tayangan yang ditayangkan, termasuk juga menginspirasi kita untuk berlaku kriminal dan kekerasan sebagaimana yang disuguhkan dalam film.

Kita tidak pernah sadar bahwa dibalik kotak ajaib itu terdapat orang-orang cerdas yang merancang tayangan yang kita konsumsi, merancang tujuan-tujuan mereka menjadi keinginan-keinginan kita, merancang apa yang seharusnya kita katakan sebagai sebuah kebenaran, merancang bagaimana hidup kita semakin terikat pada siklus kerja dan konsumsi yang semakin melelahkan tapi membuat kita tetap nyaman.

Rancangan itu berupa tawaran-tawaran makna yang wajib kita amini kebenarannya, karena mustahil bagi kita untuk mendialogkan makna-makna tersebut, karena kita adalah konsumen pasif atas makna-makna itu, dan tentunya kita harus puas pada hal itu.

Kesadaran-kesadaran akan makna itu terintegrasi dalam alam bawah sadar kita, terekam dan menjadi bagian dari keseluruhan kesadaran kita, dan menjadi perangkat kesadaran kita untuk memandang dunia.
Nalar kritis kita perlahan mulai tumpul saat makana-makna itu mulai meneggelamkan daya pikir kita ke dalam jurang kepalsuan, sehingga kita adalah apa yang ada di televisi.

Seruan Aksi

Sebagai mahluk yang punya kesadaran tinggi dan memiliki akal sehat, maka sudah seharusnya kita tidak lagi terbuai begitu saja atas apa yang disajikan dalam televisi. Mainstream yang ditayangkan dalam televisi tidak selamanya benar bahkan kebanyakan adalah justru kebohongan-kebohongan yang dirancang dan dijadikan sebuah “kebenaran”. Bila memang televisi tidak bisa lagi menjadi sahabat yang baik bagi manusia, maka sudah saatnya kita sendiri yang harus membentengi diri dari sajian-sajian televisi yang tidak edukatif. Bentengi diri kita dan juga saudara-saudara kita untuk tidak terjerumus bujukan-bujukan dan pembodohan yang sering dilakukan televisi. Matikan televisimu atau jika perlu lakukanlah hal yang lebih ekstrim : buang dan bakar telivisimu sekarang !. []

2 komentar:

Hilmy Nugraha mengatakan...

"Tahukah kau, kita diatur oleh TV?"
dari puisi Seorang Pendo'a Amerika Jim oleh Jim Morisson
"Televisi membawa pembunuh ke rumah di mana televisi berada."
Alfred Hitchcock, sutradara film kelahiran Inggris
"Televisi adalah wahana hiburan yang memungkinkan jutaan orang
mendengarkan lelucon pada saat yang sama, dan tetap kesepian."
T.S. Eliot
"Televisi membawa kebrutalan perang ke dalam ruang keluarga yang nyaman. Vietnam takluk dalam ruang-ruang keluarga Amerika
bukan di medan perang Vietnam."
Marshall McLuhan
"Ketika aku mendapat televisi pertamaku,
aku tak lagi begitu peduli pada hubungan dekat."
Andy Warhol
"Jika tiap orang meminta kedamaian bukannya televisi,
maka kedamaian akan terwujud."
John Lennon

tiwi mengatakan...

betul banget, hari gini televisi memegang peranan yg tdk bisa dianggap remeh pengaruhnya dlm perilaku kehidupan personal. karena itulah seyogyanya industri hiburan jg memperhatikan norma sosial yg bisa timbul dr suatu tayangan televisi, bukan hanya melulu berpikir keuntungan belaka.

 
Creative Commons License
All contens are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License.

Creative Commons [cc] 2011 Dodi Faedlulloh . Style and Layout by Dodi | Bale Adarma