Kembali ke Bhineka Tunggal Ika

Oleh : Dodi Faedlulloh

Saat saya masih SD, seringkali guru-guru saya menjelaskan bahwasanya semboyan negeri ini adalah bhineka tunggal ika. “Kita harus bangga nak, walaupun kita berasal dari banyak perbedaan namun kita bisa bersatu, kita mempunyai tujuan yang sama untuk negeri ini Indonesia !”, kurang lebih kalimat tersebut yang sering terlontar dari mulut guru-guru saya. Karena kata-kata itu diucapkan berulang kali sampai akhirnya masuk dibawah alam sadar saya tentang kebhinekaan negeri ini. Sembari disuguhi gambar-gambar tentang kekayaan kebudayaan Indonesia yang penuh warna seperti rumah adat, pakaian dan senjata tradisional khas masing-masing daerah saya pun mengangguk-anggukan kepala tanda kemengertian saya. 

Saya yang saat itu sekitar berumur tujuh tahunan sudah mulai merasakan kebanggan yang luar biasa atas negeri ini. “Mah, Indonesia hebat ya, walau negeri ini luas dari Sabang sampai Merauke, orangnya tuh macem-macem tapi tetap bisa hidup damai ?”, itulah statement nasionalis perdana yang saya ucapkan kepada ibu tercinta, lalu ibu saya pun member tanggapan pernyataan saya itu dengan sebuah senyuman manis, sebagai simbolisasi kebahagiaan beliau karena memiliki anak yang sudah mampu berbicara demikian. Mungkin saat itu saya masih lucu-lucunya, jadi ketika saya dengan semangatnya meminta diajak untuk pergi jalan-jalan ke beberapa tempat di Indonesia yang pernah saya dengar dikelas seperti Sabang, Merauke, Balikpapan, dan Makassar, Ibu saya pun langgsung memberiakan jawaban dengan kalimat : “iya, nanti mamah ajak kesana”.

Dengan kepolosan dan kekanak-kanakan, sampai saya lulus SD dengan predikat NEM terbaik kedua di Tasikmalaya, saya pun tetap masih menyimpan rasa bangga tentang kebhinekaan di negeri ini. Saya sendiri tidak tahu alasan utama mengapa saya berlaku demikian, padahal saya tidak tahu-menahu sama sekali tentag realitas Indonesia seperti apa. Jangankan untuk konteks sebesar Indonesia, di lingkup yang lebih kecil, di kota saya Tasikmalaya, pada tahun 1996 pernah terjadi kasus kerusuhan yang berbau rasial namun tetap dengan keteguhan hati yang tak jelas latar belakangnya saya tetap percaya dengan apa yang namanya bhineka tunggal ika.

Transisi “Pendewesaan” : Sebuah Refleksi Diri

Beranjak dari bangku SD saya pun kemudian melanjutkan sekolah ke SMP. Kebetulan saya ber-SMP disalah satu sekolah yang berbasis agama di Tasikmalaya. Saya mendapatkan pendidikan umum dan agama dengan porsi yang seimbang. Untuk pendidikan umum, selayaknya di SMP-SMP biasa saya pun tetap mempelajari mata pelajaran semacam PPKN. Lagi-lagi di mata pelajari ini saya mempelajari hal yang sama ketika waktu SD terkait tentang kebhinekaan. Namun diluar itu kadang saya menemukan atau bahkan disuguhi oleh beberapa orang yang mempunyai kewenangan di SMP itu tentang perbedaan-perbedaan yang ada disekitar kita. Namun wacananya menjadi lain, karena secara tersirat saya menangkap apa yang disampaikan tersebut menyatakan kalau perbedaan itu keniscayaan, tapi perbedaan yang kita miliki adalah perbedaan yang lebih baik dari perbedaan-perbedaan yang lainnya. Entah sikap narsistik atau apa, namun yang jelas dari sini saya mulai mencernanya dengan cara menkotak-kotakan perbedaan itu. Semangat kebhinekaan yang saya bawa ketika SD hanya mampu terlontar dalam mulut, dengan sendirinya saat itu saya malah asyik mengkotak-kotakan perbedaan yang kemudian saya memilih yang terbaik dan terbenar sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar saya.

Saya “mencaci” mereka yang berbeda dengan saya, namun ketika diluaran saya tetap membicarakan tentang indahnya kebhinekaan. Munafikah saya ? mungkin.

Perjalanan terus berlanjut, lulus SMP kemudian jenjang pendidikan saya pun naik tingkat. Saya ber-SMA di salah satu SMA favorit di Tasikmalaya. Ketika berseragam putih abu, kelabilan yang biasa menyerang para anak baru gede semacam saya pada waktu itupun menghampiri. Saya cendrung menjadi lebih apatis. Tapi bila mendengar dan menyaksikan berita tentang kasus semacam kerusuhan, perang saudara, dan ketimpangan karena faktor yang bersifat perbedaan ras, saya dengan senangnya berteriak “dasar si ini, dasar si itu”. 

Saya pun kembali “mencaci” mereka yang berbeda dengan saya, namun ketika diluaran saya tetap membicarakan tentang indahnya kebhinekaan. Munafikah saya ? mungkin.

Realita di Depan Mata

Usia saya semakin bertambah dewasa. Sayapun akhirnya menyandang label mahasiswa. Kelabilan dan keapatisan saya pun luntur dengan sendirinya. Saya kembali mulai memikirkan tentang kebanggaan saya terhadap kebhinekaan di negeri ini. Dengan pijakan pemikiran sederhana saya kembali mewacanakan tentang kebhinekaan ini. Pemikiran sederhana tersebut yaitu tentang bangganya saya melihat Indonesia yang sampai detik ini belumlah bubar, padahal isu spratis hadir dibeberapa tempat, masih mengakarnya ketimpangan dan kemiskinan, terjadinya kerusuhan dan perusakan karena alasan rasial semakin menjadi-jadi.

Semboyan bhineka tunggal ika saya coba resapi. Ucapan-ucapan manis guru saya saat SD tentang ini saya kembali refleksikan. Proses penginsyafan pun terjadi, pada akhirnya saya menyadari bahwa bhineka tunggal ika bukanlah sekedar mitos atau dongeng belaka.

Dahulu, nenek moyang kita dengan keberagamannya tetap bisa hidup berdampingan secara harmonis. Saling membantu dan bergotong royong satu sama lain. Namun seiring berjalannya waktu, dalam wacana arus yang bernama modernitas semboyan bhineka tunggal ika seakan mulai runtuh. Ikrar yang mucul jauh-jauh hari sebelum Indonesia mencapai kemerdekaan mulai terkikis.

Bhineka tunggal ika hanya menjadi simbol tanpa makna, hanya menjadi penghias bibir semata dan sekedar menjadi pakaian sementara dalam ritual sumpah pemuda.

Terlalu bombastis bila saya menyebut masyarakat kita terkena amnesia berjemaah. Tetapi kata-kata “Saya orang jawa”,”Saya orang Medan”,”Saya orang islam”, “Saya orang Kristen” , “Saya orang kaya” benar-benar muncul dipermukaan.

Agama yang sejatinya mempunyai tujuan perdamaian malah dijadikan dalih penindasan. Kebanggaan kesukuan dilakukan secara buta. Narsistik merajalela menghinggapi pikiran-pikiran masyarakat. Ditonjolkanlah kelebihan-kelebihan tersebut kemudian tersekat-sekatlah negeri ini. Hasilnya yang lemah kalah dan terusir.

Cita-Cita Bersama

Indonesia yang damai bukanlah suatu cita-cita utopis. Sejatinya para pendahulu kita telah memberikan tauladan yang baik. Seperti yang tertuang dalam kakawinan Sutasoma karya Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit, didalamnya termaktub kalimat yang kini menjadi semboyan negeri ini, bhineka tunggal ika. Dalam kakawinan tersebut menceritakan bahwa toleransi sudah menjadi identitas dan modal sosial yang dimiliki oleh para pendahulu kita. 

Yang menjadi pekerjaan rumah kini adalah bagaimana untuk mengintegrasikan keseluruhan masyarakat kedalam satu kerangka persatuan yang utuh dan kuat. Pertama, kita harus sadar akan sejarah, para pendiri bangsa jauh-jauh hari telah menginsyafi kondisi keragaman yang ada di Indonesia. Mereka berjuang dan berpikir keras berusaha menyatukan masyarakat yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Semua di lakukan tiada lain agar para penerusnya di masa depan, seperti posisi kita saat ini bisa merasakan kehidupan yang lebih baik dari mereka. Kedua, perlu adanya kesadaran kolektif untuk merekontruksi pemikiran tentang pentingnya semangat kolektifitas dan bhineka tunggal ika. Ada satu model dari Brewer dan Gaertner (2003) yang cocok dijadikan sebagai identitas sosial pada mayarakat yang bersifat heterogen seperti di Indonesia, yaitu mutual differentiation model. Bentuk model yaitu seseorang atau kelompok tertentu tetap mempertahankan identitas asalnya tapi secara bersamaan kesemua kelompok tersebut juga memiliki suatu tujuan bersama yang pada akhirnya mempersatukan semua kelompok. Dengan mutual differentiation model ini akan memunculkan identitas ganda yang bersifat hirarkis, artinya setiap individu tidak akan melepaskan identitas asalnya dan memiliki suatu identitas bersama yang lebih tinggi nilainya. Misalnya adalah saya yang berdarah dan berjiwa sunda tidaklah perlu melepaskan akan identitas kesundaan saya, namun saya harus lebih mengutamakan identitas saya sebagai bagian dari rakyat Indonesia. Berarti identitas kesundaan saya bersifat lebih rendah nilai dan keutamaannya daripada identitas nasional. Dengan begitu diharapkan kita bisa kembali membumikan bhineka tunggal ika didalam benak dan hati kita.

Akan menjadi ironi bila masyarakat malah disibukan oleh sesuatu yang sesungguhnya tidaklah perlu. Karena diluar itu justru negeri kita tercinta sedang dihadapkan oleh tantangan yang besar yakni musuh bersama berbentuk penjahat kapitalisme, neo-imperealisme dan neo-kolonialisme. Bila kita terus berperang dengan saudara sendiri, kapan kita akan melakukan perlawanan terhadap penjajah baru yang datang ke negeri ini ?.

Marilah kita menyadari sepenuhnya bahwa keragaman adalah anugerah yang luar biasa, justru tugas kita saat ini adalah harus bisa merayakan keragaman tersebut dengan cara saling mengisi dan saling mewarnai satu sama lain guna mewujudkan cita-cita bersama, yaitu kesatuan dan persatuan bangsa. []

*) Sumber gambar diambil dari http://tamarpl.files.wordpress.com/2010/07/cultural_diversity_by_bluebag.jpg

56 komentar:

asrizal wahdan wilsa mengatakan...

Saya sangat berharap hal ini kembali ada di kehidupan masyarakat yang kini sudah semakin individualis.saya sendiri berada dalam lingkungan yang bisa dikatakan demikian,terutama komplek perumahan yang bisa dikatakan elit.disini dari berbagai suku ada, menetap di perumahan ini, namun bhineka tunggal ikanya, kebersamaan gotngroyongnya gak ada, kalo ada apa-apa serba sendiri.termasuk juga RT pemerintahan yang mengedepankan kepentingan pribadi,bukan rakyat.

Feby mengatakan...

Setuju bos, hidup Indonesia, damai selalu... Hanya dengan cintalah Indonesia kembali bersatu.. Follow blog gw yah sob..

boxhead mengatakan...

Yah... ga' bisa pertamax...
gpp deh jadi yg keduax, hahahaha...
Mengenai Bhineka Tunggal Ika, menurutku sekarang cuman bisa diomongin doank, terbukti dari beberapa media sering sekali memunculkan berita tentang konflik, karena beda suku lah, beda agama lah, dan beda2 yg lainnya. Bhineka Tunggal Ika sudah bagus, cuman sekarang harus kembali disosialisasikan, karena menurutku mereka sudah lupa dengan kata itu...

Dodi Faedlulloh mengatakan...

@Feby
Hidup cinta bhineka tunggal ika ! Yup Saya follow.

@Laskar
Maka dari itu saya menulis ini untuk kembali mengingatkan, kalau negara kita mempunyai semboyan yang luar biasa, dan bagaimana sekarang masyarakat kita untuk mengisyafi dan melaksanakan kebhinekaan tersebut dengan rasa kesatuan dan persatuan.

Lina CahNdeso mengatakan...

Sebuah postingan yang inspiratif, aktual dan penuh gelora patriotisme dan nasionalisme yang intelek! Semoga, generasi muda lain juga ingin baca artikel ini.... salam sahabat dan sukses selalu... serat tidak lupa selain menjadi follower-mu kupajang juga link-mu, Guys...

Jansen Lewis mengatakan...

Kalau buat saya… “Bhineka Tunggal Ika” ideologi bangsa… baca “Manusia Politik” - Robertus Robet, ketahuilah ideologi datangnya dari kekosongan… karena ketiadaan sebuah kesatuan maka di jadikanlah ideologi sebagai pemersatu.

Yang Bhineka itu menurut saya cuma fisik (budaya, adat, rumah adat, etnis, warna kulit, bahasa, dsb) dan yang harusnya satu itu jiwa kita sebagai sebuah bangsa…

Bhineka Tunggal Ika lebih tepatnya kita jadikan renungan ketika kita sudah melenceng dari arah… karena itulah kodratnya ideologi.

Muhammad Chandra mengatakan...

saya setuju nih !

Hiduplah Indonesia Raya....

Dodi mengatakan...

@Cah Ndeso
Terimakasih kawan bila tulisan ini bisa menginspirasikanmu. Semoga tak sekedar menjadi bahan bacaan saja.


@Jansen Lewis
Bhineka tunggal ika bukan sekedar dalam perenungan saja bung, karena yang lebih penting adalah bagaimana bentuk pengamalannya. Bukankah dari SD kita sudah mengenal bhineka tunggal ika ? namun pertanyaannya sudahkah kita mampu mempraktikannya ?

Kisah Abu Nawas mengatakan...

haruslah kita hayati arti bhinneka tunggal ika ini
semangat kebersamaan

lulu mengatakan...

yah setuju!! kita harus terus menjunjung tinggi semangat ini kawan!!

dimulai dari hal yang terkecil,,

INDONESIA pasti bisa!!!!

ghea safferina mengatakan...

dari sabang sampai merauka bercabang pulau-pulau , sambung menyambung menjadi satu , itulah indonesia :)

bhineka tunggal ika :))

smoga bisa terus bersatu , kayak semboyan kita hhe

Dodi mengatakan...

@Abu Nawas
hayati dan amalkan . Hehe

@Lulu
Pasti Indonesia bisa !! Semangat Kawan !!

@Ghea
Semoga dan harus ! hehe

Yahya mengatakan...

identitas emang bikin repot. mungkin salah satu kunci supaya isu-isu rasial tidak berkembang yakni dengan meminimalisir kesenjangan sosial-ekonomi di daerah2, karena kalau hanya sebatas pengakuan, pada akhirnya juga ga akan selesai, kalo ha...nya dakui, UUD juga udah mengatur pengakuan kesamaan tiap ras di Indonesia, tapi strategi penerapannya yang masih jauh dari harapan..

bangga menjadi indonesia akan mucul jika semua masyarakat di daerah udah bisa cukup makan (mungkin loh ya? hehe)

Kerajaan Air Mata mengatakan...

sepakat sekali dengan anda, negara ini semakin lama kian jauh dari persatuan, mari kita bersatu dalam kebersamaan. ok sob di tunggu koment balik sekalian tukar link di arifhujanairmata.blogspot.com

salam hujan

Dodi mengatakan...

@Yahya
Jadi kalo udah pada ga laper baru bisa bangga jadi orang Indonesia ya ? Hehe.

@Air mata
Yup mari bersatu !

admin mengatakan...

tan hana dharma mangrwa.. bersatu dalam perbedaan, saling menghormati saling melengkapi dan saling melindungi. great motivation :)

Anonim mengatakan...

memang Indonesia Negara yang amat kaya... tergantung kitanya aja mau dibuat untuk kebaikan atau sebaliknya untuk masa depan.
Nice Post deh

perempuan saja mengatakan...

Iya saat toleransi yg kita beri ternyata tidak mendapat respon dari orang atau golongan tertentu atau segelintir oknum dari golongan tertentu..adalah wajar dan manusiawi sekali kalau kita jadi menurunkan tingkat toleransi kita dan saya termasuk orang yg tidak mau berbaik-baik saat orang lain tidak merespon kebaikan kita..daripada munafik ya kan?..sepanjang masa berada didalam koridor yg aman saya rasa wajar-wajar saja sesekali kita tidak perlu bertoleransi pada seseorang atau segolongan yg tidak menhargai toleransi yg kita beri ..gitu aja kali ya sob comment saya..salam ..sering2 mampir ya sob

Aya Mouri mengatakan...

bangga jadi orang Indonesia dengan segala keberagaman dan kekayaannya!

maju terus Indonesia!

Dodi mengatakan...

@Anak SMP
Semoga ini bisa memotivasimu...

@Steven
Tergantung kita, tergantung saya, tergantung kamu, tergantung mereka mau atau tidak. Posisi kita yg tahu mari kita ajak orang-orang yg belum tahu untuk lebih mencintai negeri ini.

@Perempuan saja
Hancurkan saja para okunmnya !!

@Aya Mouri
Maju !!!

Unknown mengatakan...

dengan rasa penuh kesadran saya belum menerapkan apa yang ada dalam bhineka tunggal ika. tapi saya hargai perbedaan, berarti sudah ya.Agama, pendapat, suku dan ras berbeda tapi saya hargai. padahal saya tidak terlalu dalam memaknai Bineka Tunggal Ika. bagi saya praktek dan teori juga perlu seimbang tapi kalau mau siap terjun di lapangan ya minimal praktek 60 dan max 40. terima kasih sudah mengingatkan dengan berbagai pendapat Bhineka Tunggal Ika. jadi setuju kita harus menghayati dan mengamalkan semuanya. jadi inget Gajah Mada...wakaka

Zippy mengatakan...

Bener banget!
Jangan hanya berkoar-koar soal Bhineka Tunggal Ika tapi kenyataannya NOL BESAR!
Ayoo lah, saling menghargai satu sama lain.
Perbedaan itu ada untuk menciptakan keindahan dalam keberagaman :)

Dodi mengatakan...

@Adiputra
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pengunjung.Saya senang pengakuan anda yg belum begitu menerapkan semoyan negeri ini, tak yg penting adalah proses penginsyafan dari kawan Adiputra ini utk memaksimalkan potensimu dalam mengamalkan bhineka tunggal ika.

@Zippy
Yang penting sekrang dari nol besar menjadi satu, dua , tiga dan seterusnya bukan berubah menjadi nol yg lebih besar lagi. Salam hangat untuk kawan-kawan di Papua Bung Zippy !

Ian D. Sitompul mengatakan...

setuju sekali bila anda menyebut kapitalisme yang harus menjadi musuh negara ini....
kata2 anda inspiratif sekali,kawan....!!!

krisnaa mengatakan...

Mantap

Dodi mengatakan...

@Tompul
karena memang demikian adanya kawan. Kita yg kebetulan tersadarkan lebih dulu harus juga mengajakm orang lain untuk menginsyafi keadaan dan tunjukan mana musuh kita sebenarnya.

wans komering mengatakan...

setuja banget bung.....
tapi meski kita sudah menerapkan asas tsb. tetap aja budaya rassis masih terjadi.
ini yang menjadi pr kita bersama!

Dodi mengatakan...

@Wans Komering
Yuk kita kerjakan bareng-bareng PR-nya Bung !!

Oemah Cengloe mengatakan...

ya mang yang jadi persoalan di bangsa tercinta kita ini kan memang pemahaman keberagaman itu sendiri. meski udah diajari buat memahami satu sama lain, ya masih tetp aja suka membeda-bedakan.

sampai-sampai nilai lokalitas yang harusnya jadi alasan buat saling mempererat visi kebangsaan dan persatuan, malah dijadiin alasan buat melecehkan bahkan menyerbu sesuatu yang tidak sama dengan dirinya. Yang beda.

Waduh.

Dodi mengatakan...

@Oemah Cengloe
wah saya tersanjung oemah cenglo bersedia hadir di blog saya. Hehehe. Kawan-kawan blogger perkenalkan Oemah Cengloe.Oemah Cengloe ini hadir utk mewadahi hasil karya kawan-kawan cengloe yang selama ini belum terfasilitasi. sebab, semua orang di negeri ini berhak menampilkan hasil ekspresinya tanpa keraguan sedikit pun.

Terkait dg tulisan yg saya buat, media semacam Oemah Cengloe inilah yg bisa dijadikan ruang persatuan dan kesatuan bangsa, dengan menghadirkan ekspresi-ekspresi dari para generasi muda utk negerinya,dan jg tentu utk lokalitasnya.

iiN greeN mengatakan...

wah, komplit nih.. :)

-salam kenal ya-

omend mengatakan...

hampir aja kita terpecah belah, ama perbedaan agama ,... dan semoga tidak berkelanjutan ....

Anak Nelayan mengatakan...

walaupun kita berasal dari banyak perbedaan namun kita bisa bersatu, kita mempunyai tujuan yang sama untuk negeri ini Indonesia !

Ummi Ubay mengatakan...

salam kenal yah^^
skarang semboyan itu kebanyakan bagi orang2 hanya semboyaan belaka
hanya segelintir orang yang memaknainya

tiwi mengatakan...

berbeda tp tetap satu...hdp Indonesia Jaya!...hdp akn mkn indah bila msg2 slg tenggang rasa hingga tercipta situasi yg kondusif yg tentu aja merup modal utama u arah pemb yg mkn maju...okay..tfs....salam..

Mademoisellerinie mengatakan...

rinie numpang lwat aja gapapa kan yaa.. :D

penghuni60 mengatakan...

piece and love for Indonesia!
"kita semua adalah satu"

Dodi mengatakan...

All --- yuk setelah berkomentar mari praktikan nasionalisme dan bhineka tunggal ika kita. Pertama lewat blog kawan-kawan ini.

windflowers mengatakan...

hanya bisa berharap..semoga semboyan bhinneka tunggal ika itu, bukan hanya semboyan belaka..tp benar2 menjadi roh, sehingga kita dapat semakin melihat sisi keindahan dari perbedaan2 yang ada di negeri tercinta ini..:)

omzen mengatakan...

cinta damai saja lah kang

Yerry mengatakan...

Yup Benar meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu. Yuk semua kita jaga kesatuan bangsa kita jangan sampai terpecah belah, hidup INDONESIA.... MERDEKA he..

lina@women's perspectives mengatakan...

Tulisannya sangat inspiratif. Keberagaman adalah fakta, akan lebih baik jika kita melihat keberagaman sebagai kelebihan bangsa ini...

Fir'aun NgebLoG mengatakan...

Setujuuuuu....
MERDEKAAA...!!!

ARUS RASYID mengatakan...

Kayaknya ada yang nyimpang dari perjalanan reformasi kita. Para reformis (dulu, sekarang mah mereka sudah menjadi seperti kebanyakan orang yang memanfaatkan kondisi kini untuk kepentingan pribadi hehehe...) ingin menjadikan negeri ini lebih baik, makanya perlu "formasi ulang" kehidupan bernegara di negeri ini. Tapi ternyata celaka, semua hal "diformasi-ulang": dulu berkelahi antar-kampung itu tabu, sekarang boleh; dulu mahasiswa tak pernah mendemo kampusnya sendiri, sekarang boleh; dulu tawuran itu hanya dilakukan anak SMP/SMA, sekarang mahasiswa pun berhak tawuran, dan hal-hal lain seperti yang sobat sebutkan. Jadi reformasi yang kita gulirkan, dalam banyak sisi telah menjadikan negeri ini kembali ke titik nol, dan saya tidak tahu bagaimana memperbaikinya, kalau para pemangku kebijakan di negeri ini justru kebanyakan hanya mementingkan dirinya sendiri dan kelompoknya.
Maaf sobat komentarnya kepanjangan.
Salam kenal ya. Wilujeng boboran siam, neda hapunten lahir sinareng batin.

dodi mengatakan...

@Arus Rasyid
Tak apa-apa pak panjang juga, hehehe. Reformasi yg kebablasan dan rakyat kita banyak yg belum siap. Belum siap karena masih banyak yg miskin, belum siap karena msh banyak orang yg kurang pendidikan.

sda mengatakan...

ketika kita semakin besar, pola pikirnya makin terbentuk ya.
damai saja yuk...

narti mengatakan...

apalagi dgn fakta yg ada akhir2 ini ya? dimana semboyan Bhineka Tunggal Ika itu?

Meica Nanda mengatakan...

jadi, masih maukah merelisasikan bhineka tunggal ika itu?

Yoga Pradistya mengatakan...

ak juga setuju,Maju terus indonesiaku.

Eh,follow back blog gue dong
Ceritaceritayoga.blogspot.com

Follow ya! :D Thx :D

z33s mengatakan...

seharusnya memang begitulah INDONESIA, jangan yang korupsi terus ketawa, maling ayam digebukin...

sungguh malang negeri kita ini, mafia hukum terus aja ada...

Tapi... HIDUP INDONESIA

Unknown mengatakan...

salam sahabat
ehm kembali saya juga ingin kembali ke tanah air mas odi hehehehe...sekarang gimana yach negri tercinta semoga dengan penerapan bhineka tunggal ika bisa menjadikan budaya bangsa ini tetep kukuh.
oh iya mas udah saya follow kalau mas udah follow saya belum maaf telat baru pulang kerja.good luck

The international times mengatakan...

memang makna dari bhineka tunggal ika itu sangat bagus, tapi sayang masih banyak sodara2 kita yg tidak mengindahkan makna itu

blue mengatakan...

visit here with smile and happiness

filomispico mengatakan...

Iya ya, terima kasih diingatkan lagi, senangnya hidup di Indonesia dengan pemikiran polos layaknya anak kecil..

Ocky Fajzar mengatakan...

inspiratif :D hehe optimis dan usaha yang penting. semua orang berbeda2 tapi dengan belajar menghargai pasti bisa bersatu, pasti.. harus! :D

cus mengatakan...

kalo saya malah kebalikan. umur tujuh tahun, sering berantem sama temen-temen yg beda agama soalnya saya pikir mereka itu jahat. malah, saking polosnya, saya juga mempengaruhi temen yg lain supaya ikut2an memusuhi temen yg beda agama itu tadi.

sekarang sih saya udah bosen berantem ga jelas kayak gitu, tapi masih sering prihatin ngeliat orang-orang (yg ngaku) dewasa berantem dengan alasan yg hampir sama.

satu hal, perubahan bisa dimulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil, dari detik ini juga. saya selalu percaya itu! peace! :)

 
Creative Commons License
All contens are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License.

Creative Commons [cc] 2011 Dodi Faedlulloh . Style and Layout by Dodi | Bale Adarma