(Menjadi) Suka Film Musikal Gara-Gara Across The Universe

Oleh : Dodi Faedlulloh

Setelah berbuka puasa perdana, saya buka-buka folder film di hardisk, di antara serakan dua-ratusan giga file film, saya memilih film berjudul “Across The Universe”. Sebelumnya tidak tahu genre film ini apa, randomly saja. Ternyata film musikal, genre film yang sebenarnya saya tidak begitu suka. Dirilis tahun 2007 dan saya baru menontonnya tahun 2011, bahkan accidental. Maklum saya tidak begitu holic mengikuti perkembangan film.

Iseng, saya memaksakan diri untuk menonton film itu secara keseluruhan. Walaupun musikal , alur cerita mengalir, meski terkadang ada beberapa scene yang tampaknya memaksakan. Film yang dilakoni oleh Jim Sturgess ini berplot cerita di Amerika tahun 1960-an, di tengah pergolakan protes anti-perang, perjuangan untuk kebebasan berbicara dan hak-hak sipil, eksplorasi pikiran, obat bius dan tentunya Generasi Bunga menjadi bagian dari kehidupan generasi mudanya. Bisa jadi ini lah yang membuat saya suka dengan film ini, ada muatan historisnya, plus karena concern tersendiri atas lahirnya Generasi Bunga pas tahun-tahun tersebut.


Hal yang paling saya favoritkan dari film ini adalah cover-cover lagu The Beatles. Hadirnya film ini terinspirasi dari The Beatles itu sendiri, band yang lahir tahun 60-an juga. Judul filmnya saja sudah sama dengan judul lagu dari Beatles. Jude (Jim Sturgess) sang tokoh utama pun diceritakan berasal dari Liverpool, kota asal Beatles. Dia pergi ke Amerika untuk mencari ayahnya yang ternyata sudah berkeluarga lagi. Tribute yang asyik bagi John, Paul, George, dan Ringo. Dick Clement menulis skenarionya dengan apik, cerita tetap mengalir, saya kira sangat berbeda dengan film bergenre musikal lainnya.

Bagi orang-orang yang lebih suka dengan film yang bersifatnya real, seperti saya, akan merasa film ini terlalu datar, bahkan aneh. Aneh ya karena jadi seperti film-film Bolywood, banyak scene yang orang-orang mendadak pada menari-nari dan bernyari ria. Tapi entah kenapa saya tiba-tiba menikmatinya. 

Saya menjadi suka dengan film ini, selain cover-cover lagu The Beatles yang yahud, juga karena pesan yang ingin disampaika dari film ini. Yup ! Semangat anti perang. Lucy (Evan Rachel Wood), kekasih Jude, ikut bergabung dengan gerakan anti-perang, represifitas aparat keamanan tidak ia hiraukan. Bahkan ia ikut terjun langsung ke lapangan untuk melakukan aksi-aksi damai. Sebelum berkenalan dengan Jude, kekasihnya tewas saat ikut berperang di Vietnam, mungkin ini lah yang menyebabkan Lucy memilih jalan untuk bergabung dengan gerakan anti-perang. 

Dari konteks latar film, sejarah memperlihatkan, seperti yang diketahui banyak orang, Amerika sangat dipermalukan atas kekalahan dalam perang Vietnam. Tahun 1968, Amerika mengirimkan hampir setengah juta tentaranya ke Vietnam, ditambah bala bantuan dari tentara negara-negara lainnya. Sedangkan Front Pembebasan Nasional di bawah kepemimpinan komunis, yang diberi nama Vietkong oleh Amerika hanya memiliki kekuatan 400.000 pasukan. Tapi bukan tentang kemenangan Vietkong atau kekalahan Amerika yang penting. Yang lebih dari itu adalah pertanyaan besar, “untuk apa manusia berperang?”. Tentara Amerika, kalau dalam Across The Universe seperti kekasihnya Lucy sebelum kenal dengan Jude, hanya menjadi robot-robot yang dihapus sifat manusiawinya oleh keserakahan elit. Perang hanya jadi alat para penguasa untuk semakin melebarkan kekuasaannya, tak ada arti lebih. Perang Vietnam berakhir pada tahun 1975, hampir 58 ribu orang tentara Amerika dan sekitar tiga juta orang warga Vietnam tewas, itu bukti akibat ketidak-warasan manusia yang ingin berkuasa.

Walau plot perang Vietnam dalam film ini tidak begitu diarus-utamakan (maklum namanya juga film musikal), atau mungkin lebih tepatnya hanya pemanis atau variasi cerita, tapi dari film ini saya mendapat satu pesan yang mantap. Lebih baik bernyanyi daripada berperang !

10 komentar:

Tongkonanku mengatakan...

Kirain cuman film2 Bolywood aja yg beraliran film musikal, ternyata ada film barat juga to? :D

Dodi Faedlulloh mengatakan...

Ya sebenarnya Hollywood juga cukup banyak menyajikan film-film musikal, saya pernah menontonya, tak lama saya close, karena saya memang tidak begitu suka film genre itu, hehe. Tapi film ini saya kok bisa sampai sampai tamat ya ?

Fajar mengatakan...

yups..kadang asyik nonton film musikal.. cuman memang kalau kebanyakan musiknya juga kagak enak sih.. kalau film tv..kayak the height, fullhouse, terus..ada camp rock.. ohya..ty..telah berkenan mampir ya... ijin pollow..

Anonim mengatakan...

Film musical Hollywood lainnya ada "High School Musical" juga bagus.

pakde sulas mengatakan...

kalo pakde suka film drama yang menguras perasaan, bukan sinetron loh, kalo pakde paling antipati senetron indonesia

Lukman Khakim mengatakan...

sejauh ini saya amati kagak ada kondom hp yg anti bakteri, karena bagian depan (terutama keypadnya) bolong (terbuka). dan sejauh saya, fungsi dari benda itu untuk melindungi hp dari resiko jatuh dan agar terlihat lebih sippp

tapi kagak menutup kemungkinan suatu saat ada teknologi kondom hp yang anti bakteri.

Belajar Photoshop mengatakan...

setuju kang... entaskan.. bumi hanguskan yg namanya violence.. peperangan!! mending genjrang genjreng kang iia :p

KANG MARTHO mengatakan...

Biasanya film musikal itu durasinya sangat panjang.. apakah ini juga sama?

pemain kampoeng mengatakan...

dari cerita sampean kayaknya filmnya bagus kang, cocok buat keluarga

salam dari malang

widh s widodo mengatakan...

wah, sepertinya harus saya coba tonton, saya bukan penggemar film musikal, tapi saya adalah penggemar berat the beatles...hehehe

dari tulisan anda saya bisa melihat kalau film ini 100% beatles bgt

Across The Universe
All You Need is Love
Strawberry Field Forever
Hey Jude
Lucy In the Sky with Diamond

 
Creative Commons License
All contens are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License.

Creative Commons [cc] 2011 Dodi Faedlulloh . Style and Layout by Dodi | Bale Adarma