Langkahku sedikit mulai goyah. Biasa, sedari dulu ketika diri masih dibawah alam awam. Sekarang pun demikian, bahkan lebih goyah dari biasanya. Seolah berjalanpun tidak tertumpu pada kaki sendiri, meronta-ronta kesakitan meminta bala bantuan, sekiranya ada sahabat-sahabat kecil yang setia membantu.
Bangun lalu berdiri. Jangankan berlari untuk sekedar berjalanpun aku tak kuasa. Kapayahan ini semakin membuatku terkutuk. Jejak langkahku tak bersisa, tertiup angin begitu saja : dilupakan.
Mana bisa ku jungkirkan dunia dengan kekuatan semacam ini. Hanya berbekal idelogi (yang dianggap) kosong yang tanpa makna. Setiap detik sang harapan pun terkikis begitu saja. Hujan gerimis pun bak menjadi banjir yang luar biasa dahsyatnya. Terbawa arus yang tak tentu muaranya. Siasat-siasat busuk pun sempat mengambil alih peran dan menyerang benak. Memilih melacurkan diri dan terjun dilorong hitam. “Kenapa tidak ?”.
Semoga sahabat-sahabat kecilku mendengar. Mendengar berita, mendengar cerita, mendengar derita. Sahabat-sahabat kecilku bukanlah orang bodoh, mereka punya mata juga telinga dan pastinya punya hati.
Teguran kecil banyak terlontar keluar dari mulut-mulut berbusa. Bodohnya diriku adalah yang dijadikan topik andalan. Perbincangan hangat tentang ulah nakal yang berkesan tolol, bodoh, idiot dan kawan sejenisnya. Sahabat-sahabat kecilku memang tidaklah bodoh, justru aku lah yang bodoh itu. Ya, itu aku.
Cukup.
Purwokerto, 30 Mei 2010 setelah bekerja kasar demi sesuap nasi dan sebatang rokok.
3 komentar:
Ah..gak bodoh kok.
Kalo bodoh, bahasanya gak sebagus ini.
Kata2'nya tajam banget! :)
sob url link ane bisa ganti dulu dengan http://www.aingindra.com/2010/05/indonesia-furniture-handicraft.html
mohon dukungannya,konfirmasi ya sob..thanks.......
ya..begitulah hidup; senantiasa menampilkan pilihan...yg penting (pilihlah dan jangan sekali-kali menyesalinya)
Posting Komentar