Bandungisasi Kota Tasikmalaya


Oleh : Dodi Faedlulloh

Tasikmalaya kota indah yang berada di bumi priangan timur Jawa Barat. Terletak kurang lebih 106 km sebelah timur Kota Bandung. Cukup banyak potensi yang dimiliki oleh kota yang lebih dikenal dan sering dijuluki sebagai kota santri ini, baik dari seni,budaya maupun pariwisata. Pembangunan di beberapa sektor semakin hari semakin berkembang dan semakin “menggagahkan” saja Kota Tasikmalaya.

Berbicara tentang pembangunan yang terjadi di Kota Tasikamalaya tentu tidak akan lepas dengan pembangunan fasilitas-fasilitas modern yang semakin tahun semakin bertambah. Setelah hadirnya Tasik Indah Plaza dan Mayasari Plaza yang menggegap gempitakan suasana Kota Tasikmalaya, kini (tepatnya kurang lebih dua tahun lalu) ditambah lagi dengan pembangunan pasar modern yang berdiri megah di jalan HZ Mustofa,Asia Plaza, yang dilansir merupakan pasar modern terbesar se-Priangan Timur.

Belum lama ini, mumpung berada di Tasik gumanku, maka saya berinisiatif mengajak teman-teman SMA-ku dulu untuk pergi bareng ke Asia Plaza, ya sekedar kongkow atau hunting buku-buku dan literatur yang ada di Gramedia. Kebetulan saya kuliah diluar kota, tepatnya di Unsoed Purwokerto jadi saya memang jarang berada di kota tercintaku ini,paling saat-saat liburan saja saya menyempatkan diri pulang ke Tasik, dan karena itulah sehingga saya kurang begitu tahu perkembangan-perkembangan yang terjadi disini.

Singkat cerita sampailah saya dan teman-teman di Asia Plaza. Sedikit pemandangan yang berbeda dari wajah Asia Plaza yang seperti saya lihat biasanya. Selain semakin bertambahnya toko-toko yang memenuhi Asia Plaza juga ditambah lagi dengan pembangunan bangunan baru yang berdiri diluar area Asia Plaza dekat dengan lokasi parkir yang ada disana. Dari berita yang saya dengar ternyata bangunan tersebut rencananya untuk dibangun bioskop terkemuka 21Cineplex. Bioskop 21 (Cineplex 21 Group) adalah jaringan bioskop terbesar di Indonesia, dan merupakan pelopor jaringan cineplex di Indonesia. Jaringan bioskop ini tersebar di beberapa kota besar di seluruh Nusantara dan sebagian besar di antaranya terletak di dalam pusat perbelanjaan modern, dengan film-film Hollywood dan Indonesia sebagai menu utama, dan didukung oleh teknologi tata suara Dolby Digital dan THX.“Wah keren juga nih” bisikku dalam hati. Masih menurut berita yang saya dengar rencananya akan dibangun 5 theater. Akan tetapi tidak beberapa lama setelah mendengar nama 21Cineplex, pikiranku malah terbayang kata “Bandung” .

Bandung? Iya kata itu yang terus terniang dalam hati sampai saya kembali kerumah. “Tasikmalaya akan sama sejajar dengan Bandung!”, begitulah kira-kira yang saya pikirkan,atau singkatnya saya melafalkannya dengan kata “bandungisasi”.Kenapa musti Bandung ? Perlu diakui bahwasanya banyak hal yang berlaku di Tasikmalaya adalah akibat dari influence dari apa yang ada di Bandung sana. Khususnya para ABG dan remaja yang mudah sekali menjadi pengikut setia trend yang berlaku. Life style seperti gaya berpakain, pergaulan, musik, bahasa, dan komunitas remaja condong berkiblat ke Kota Bandung. Bandung dianggap sebagai standarisasi trend yang berlaku bagi remaja Tasikmalaya.

Contoh riilnya bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, komunitas suporter Persib Bandung atau yang dikenal dengan viking misalnya, yang dimana sejarah awalnya muncul pertama kali di kota kembang sana, kini hadir juga di Tasikmalaya. Atau aktivitas negatif yang sebenarnya cukup membahayakan bagi para remaja seperti geng motor, para remaja Tasikmalaya-pun kembali condong berkiblat kearah Bandung. Cara gaya berpakain para remaja pun juga tidak lepas dengan apa yang sedang menjadi trend di Bandung. Dengan semakin banyaknya kehadiran distro dan factory outlet (seperti yang ada di Bandung) di Tasikmalaya maka semakin menguatkan saja “bandungsisasi” yang terjadi.

Terus bila dihubungkan dengan dengan rencana akan didirikannya 21Cineplex di Asia Plaza itu apa ? Justru dari sana, akibat dari segala apa-apa yang berkaitan dengan Bandung seolah menjadi pusat trend bagi para remaja Tasik, maka barang tentu mereka akan memanfaatkan fasilitas tersebut (red:bioskop) dengan semaksimal mungkin. Mereka akan berbondong-bondong pergi nonton ke bioskop agar bisa disebut sebagai anak gaul oleh komunitasnya. Bisa menjadi suatu hal yang positif karena kini warga Tasik tidak perlu lagi pergi jauh-jauh ke Bandung untuk sekedar menonton film-film baru, tetapi juga akan berakibat negatif bilamana hal ini justru memancing para warga (khusunya remaja) untuk hidup dan bersikap lebih konsumtif hanya untuk sekedar menonton film saja. Yah memang semuanya masih tergantung individunya masing-masing bagaimana menyikapinya.

Bila menindak lanjuti lebih lanjut sikap follower para remaja Tasik ini, maka hal ini bisa dijadikan potensi yang begitu berharga oleh para investor untuk mendirikan dan mengembangakan perusahaanya di kota yang berpenduduk lebih dari 600.000 orang ini. Setelah rencana akan didirikannya 21Cineplex, maka tidak akan menutup kemungkinan selanjutnya akan hadir perusahaan lain yang sebelumnya dikenal di Kota Bandung juga membuka cabangnya di Tasikmalaya. Sebut saja dunkindonnut, J-Co atau startbuck. Ataupun bahkan bisa saja berita mengejutkan seperti “Klub Malam Akan Segera Dibangun di Kota Santri” akan menjadi headline di media-media cetak beberapa waktu mendatang.Tidak ada yang tahu.

Nama-nama asing lagi yang muncul ?Ya memang kemungkinannya seperti itu. Bila tidak diproteksi lebih lanjut maka akan bertambah lagi perusahaan asing lain yang hadir dan akan semakin mem-“barat”kan saja Tasikmalaya. Untuk saat ini nama-nama produk asing (Amerika) seperti kfc, california fried chiken dan Mc’Donald memang sudah tinggal lama dikota santri ini.

Westernisasi dianggap telah berhasil menguasai Bandung, sehingga warga Bandung sudah kenal dengan baik kehidupan-kehidupan ala barat tersebut. Itulah yang dikhawatirkan terjadi juga di kota santri ini (sekali lagi kota santri). Karena sikap remaja Tasik yang suka menyontek Bandung, maka hal ini besar kemungkinan akan menjadi pemancing dan point penyemangat bagi para perusahaan asing yang sebelumnya sudah berhasil menggrogoti Bandung untuk me-westernisasi Tasikmalaya juga . Budaya barat yang cendrung kapitalis, hedonis, dan liberal tentunya sama sekali tidak sesuai dengan budaya kehidupan warga Tasikmalaya yang religius. Ya semoga saja ini tidak terjadi di kota yang dikenal sebagai kota santri ini.


note ini juga dipost di http://www.tasikonline.com/2009/07/21/bandungisasi-kota-tasikmalaya/

6 komentar:

mark mengatakan...

wah, keren tuch

Dodi Faedlulloh mengatakan...

Iya keren , tapi disini "kekuatan" lokal jangan sampai ditinggalkan ...
jangan sampai gara-gara hal-hal yang berbau barat masuk ke Tasikmalaya merubah paradigma dan budaya kita sendiri.

Rumpitawati mengatakan...

Soal adanya cine21, justru saya mah seneng banget Dod. soalnya bioskop pa*****an yang dari dulu ada sama sekali nggak mendidik penontonnya. kan film yang diputar di Pa****an rata-rata cuma film hantu sama film komedi-sex, ato film2 keluaran PH tertentu.

film2 bagus kayak The photograph ato the conductors nggak akan ada di sana. apalagi film barat...

harapannya, kalo ada bioskop yang baru, film yang diputar semakin variatif. juga pemilik bioskop yang baru itu semakin berani milih film yang lebih edukatif.

amiin...

Dodi Faedlulloh mengatakan...

Iya naw saya pribadi juga sangat senang. Saya termasuk yang suka nonton film, saya cuma khwatir saja dengan apa yang berdirinya XXI akan berdiri pula investor-investor lain. tau lah gimana mayoritas remaja Tasik yang sering mendahulukan gaya ??

harto mengatakan...

Assalamualikum wr wb, kunjungan silaturahim nih..., memang benar Tasik adalah center nya kota Priangan Timur yang sekarang masih dalam tahap pembenahan kota. Dengan banyaknya pembangunan smg ke depannya masih menjadi Kota Santri.

Rumpitawati mengatakan...

kalo soal investasi2 asing (cie...) saya setuju, dod. kalo mereka dateng, pada akhirnya semua kegiatan hiburan kita harus ditunjang sama uang (hiburan berbayar, hehe...). sekarang kan kalo pengen main jatoohnya ke AP lagi ke AP lagi, hehe...
kalo ke AP kan udah pasti ngilerr..

saia, alma, dee-m, mbak dian, teh nunu, husni, pernah ngobrolin ini di workshop jalan remaja. anak muda TAsik memang malang... sarana hiburan gratisnya hampir nggak ada. yang anak muda Tasik butuhin bukan cuma tentang tempat gratis, tapi tempat dimana kita bisa jadi diri sendiri (maksudnya nggak dibayang-bayangin brand dan aneka gengsi-gengsi merek).

: )

 
Creative Commons License
All contens are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License.

Creative Commons [cc] 2011 Dodi Faedlulloh . Style and Layout by Dodi | Bale Adarma