Yang Lain dari Kerusuhan China dan Inggris

Oleh : Dodi Faedlulloh

“Tak ada konflik ras atau agama, yang ada hanya konflik ekonomi”

Begitu ujar salah seorang kawan saya. Ada benarnya kalau melihat beberapa peristiwa yang terjadi, kesejatian masalah biasanya berasal dari permasalahan ekonomi, kesenjangan ekonomi. Namun dengan taburan bumbu agama ataupun hal yang bersifat rasial bisa menjadi percikan yang luar biasa. Begitu juga yang terjadi belakangan ini, di China, tepatnya di kawasan industry Xintang dan di London, Inggris.


Untuk kasus London, media mainstream berhasil mengalihkan isu menjadi sebatas kerusuhan dan penjarahan yang dilakukan oleh para pemuda berkulit berwarna, tanpa ada penjelasan terkait akar permasalahannya. Tak ada asap bila tak ada api, begitu juga kerusuhan London. Seorang pemuda bernama Mark Duggan yang tewas ter(di)tembak polisi menjadi pemicu, namun ternyata bukan hanya itu. Berbeda dengan arus utama informasi, berita yang disampaikan oleh media kiri dan independent  yang ada disana menyampaikan dari sudut pandang yang berbeda.

Tragedi London berakar dari ketidakadilan, ketidakadilan ekonomi dan sosial yang terjadi disana. Ada fakta-fakta yang terabaikan oleh media, separuh dari pemuda kulit hitam, umumnya berusia 16-24 tahun, adalah pengangguran, kurangnya peluang kerja, dan pemotongan tunjangan kesejahteraan rakyat akibat langkah penghematan pemerintah terkait krisis ekonomi Eropa.Tottenham, daerah awal kerusuhan, merupakan pemilik pengangguran tertinggi di London.

Sedangkan di China, informasi terkait kerusuhan yang terjadi beberapa bulan lalu sangat terbatas. Rezim disana berhasil menutup akses pemberitaan yang terjadi di kawasan industri Xintang, tak hanya kita  yang berada disini, begitu juga di Chinanya sendiri. China yang hari ini dikenal sebagai kekuatan ekonomi baru di dunia internasional ternyata mempunyai borok disana-sini. Dengan sistem ekonomi yang eksploitatif membuat buruh marah. Terjadi pertarungan antara para aparatur negara dengan mereka para buruh. Seperti biasa, represifitas menjadi satu-satunya senjata negara kapitalis untuk mengendalikan para pekerja.

Konsekuensi

Tidak terlalu dini bila saya harus menarik permasalahan menjadi satu : kapitalisme global. Inggris kepayahan dengan sistem kapitalisme global yang sudah bobrok. Dengan mengaplikasikan kebijakan-kebijakan ‘neoliberal’ seperti penghematan anggaran dan pemotongan anggaran sosial membuat masyarakat disana memilih berontak. Kapitalisme hanya akan eksis bekerja dengan cara penindasan dan penghisapan, itu pun yang terjadi di China. Dengan klaim market socialism, namun nyata-nyatanya adalah kapitalisme terus menghisap kelas pekerja disana. 

Adalah konsekuensi logis bagi negara yang memujua sistem kapitalistik, walau terlihat manis di luar, namun ternyata justru bobrok di dalam, akan hancur. Percikan dan retakan terjadi dimana-mana. Masyarakat yang menjadi korban bergerak, baik yang terorganisir ataupun tidak untuk melawan rezim. Di London pun demikian, sekali lagi tragedi London bukan sekedar kriminalitas, kekerasan dan penjarahan. Ini murni perlawanan. Perlawanan ketika tak ada alat untuk menangani konflik kelas. Seperti penjelasannya Profesor John Pitts, seorang kriminolog yang menjadi penasihat pemerintah lokal London, kerusuhan seperti yang terjadi saat ini adalah sebuah proses yang sangat kompleks dan tak bisa dijelaskan sekadar sebagai ”kriminalitas murni”. (kompas.com)

Ekspolitasi bagi Marx tak sekedar distribusi kesejahteraan dan kekuasaan yang tidak seimbang. Kesenjangan di Inggris, bila dipaksa dikomparasikan dengan Indonesia, tentu masih jauh. Tapi lebih dari itu, eksploitasi menjadi bagian penting dari sistem kapitalisme. Namun kecerdikan kapitalisme dengan segala perangkatnya berhasil merubah banyak paradigma manusia menganggap kapitalisme adalah suatu hal yang “alamiah” dan “objektif”. Kasus London, yang bisa saja mewabah ke tempat-tempat lain di Inggris, adalah bentuk hegemoni yang coba diinjekkan oleh para kaum konservatif liberal disana. Namun hegemoni tidak berlanjut, karena bagian dari mereka ada yang tersadarkan, kesadaran kelas, walau tidak begitu terorganisir tapi bisa menunjukan kemuakan masyarakat disana atas tatanana masyarakat yang ada.

China pun sama, dengan kapitalisme(negara)nya, kemajuan sekaligus kegaduhan ekonominya selalu berkorelasi dengan meningginya eksploitasi pekerja, dan hal tersebut akan direspon dengan cara-cara yang tak terduga seperti yang terjadi di Xintang. Konflik kelas muncul antara kelas pekerja vis a vis Negara. Marx mendefinsikan kelas sebagai sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik, serta menurutnya, kelas akan eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia sedang berkonflik dengan kelas yang lain. Para pekerja di Xintang telah sadar akan kelasnya, yang menurut Marx kelas untuk dirinya (bukan kelas dalam dirinya), akhirnya memilih melakukan solidaritas antara pekerja, bahkan lebih revolusioner, karena mereka tidak lagi berharap banyak kepada serikat resmi buruh yang tentunya sudah disetir oleh penguasa. Secara otonomi mereka mengorganisir diri bergerak melakukan perlawanan atas penindasan.

Inggris yang terlihat wah, begitu juga China yang tampil ciamik kalau di luar ternyata menyimpan kebobrokan. Lagi, kapitalisme global adalah sumber utama. Perlawanan sebenarnya bukanlah sebuah term yang fantastis atau super revolusioner dalam hal ini. Justru menjadi suatu kewajaran, bahkan harus sebagai manifestasi dari melek-nya masyarakat yang ada disana. Karena kenyataannya lanscape sosial yang eksis sekarang adalah penggambaran yang konkrit untuk memahami munculnya ekspresi-ekspresi radikal dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa timbul di kemudian hari. Karena peristiwa di dua tempat berbeda ini bukanlah sebuah peristiwa yang dadakan, terisolasi, berdiri sendiri, sporadik dan tidak ada kaitannya dengan latar sosial yang berkembang secara umum. Semua berhubungan secara dialektis. Kemarin di China, sekarang di Inggris, besok bisa saja terjadi di Prancis, Italia, Korea Selatan atau dimana pun kapitalisme bercokol. Kemudian Indonesia kapan ? []

15 komentar:

catatan kecilku mengatakan...

jadi sumber permasalahannya adalah kapitalisme..?
apakah akan sampai Indonesia juga? #khawatir

Unknown mengatakan...

dimanamana rusuh..dunia sudah kacau nih

Shofia Mawaddah mengatakan...

bener ya.. china dan london yang terlihat 'waahh' saja ternyata perekonomiannya masih carut marut, konon lagi indonesia kita yang tercinta ini... kasus korupsi aja gak selesai-selesai, hilang satu muncul seribu. gak ada yang tuntas selesai... -___-"

huaa...semoga Indonesia kedepannya jadi lebih baik.
#prayforindonesia

Anonim mengatakan...

inilah gan kendala di berbagai negara kurangnya perhatian dari pemerintah,
salam kenal gan

Unknown mengatakan...

mendekati kiamat hi3....jd kacau semua ,mg enggak

Ferdinand mengatakan...

Hem.... pertandingan Inggris VS Belanda aja sampe diundur tahun depan, juga 3 partai lain liga inggris... kayanya emank bener2 parah kerusuhan di Inggris klo di china aku malah gak tau...

susah sih emank klo yang dituntut udah masalah ekonomi yang ujung2 kesejahteraan, apalagi klo udah kena percikan SARA waduh... susah hahaha

apa kabar Sob?? lama banget aku gak kesini hhe...

Cerita dan Ilmu mengatakan...

Mirip-mirip lah dengan Indonesia…

Mari Beribadah mengatakan...

Nice post sob.. :)

Ditunggu kunjungan balik dan comment nya.. :)
Oh ya follow back ya.. :)

Sukses selalu.. :)

Zippy mengatakan...

Sempat lihat beritanya di TV.
Wah..gila ya, banyak penjarahan dan pengrusakan yang dilakukan oleh massa.
Semoga aja kapitalisme di negeri ini bisa hilang :D

zan P O P mengatakan...

kalo di Indonesia terakhir kali tahun 98 ya, kalo pemerintah ngga adil ya gini deh jadi nya...

HALAMAN PUTIH mengatakan...

Indonesia juga terjadi ketidakadilan ekonomi dan sosial, kondisi seperti ini diperparah lagi dengan tak terungkapnya kasus korupsi yang melibatkan orang2 besar.

baju tanah abang mengatakan...

salam kenal...janagan lupa mampir..

DewiFatma mengatakan...

Dimana-mana kacu, rusuh, perang, demonstrasi..
Jangan-jangan mau perang dunia ke 3 nih... *naudzubillah*

Fajar mengatakan...

apakah indonesia ikut termasuk..menggunakan sistem kapitalisme...ehmm..

Republican Wasp mengatakan...

Yup, saya setuju dengan tulisan anda. Konflik di dunia ini sebenarnya akarnya ga jauh-jauh dari masalah ekonomi & keadilan. Kalaupun ada yg namanya konflik SARA, itu lebih karena ada yg berusaha memanfaatkan perbedaan antara 2 pihak tersebut

Kalau kebetulan 2 pihak yg bertikai itu etnisnya sama misalnya, yg dieksploitasi ya perbedaan agamanya. Kalau kebetulan etnis & agamanya sama, yg dieksploitasi perbedaan status sosialnya, dst...

 
Creative Commons License
All contens are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License.

Creative Commons [cc] 2011 Dodi Faedlulloh . Style and Layout by Dodi | Bale Adarma