Oleh : Dodi Faedlulloh
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi baik itu berupa berita, pesan, gagasan, atau ide dari satu pihak kepada pihak lain dengan tujuan saling mempengaruhi diantara keduanya. Dalam aktivitas berkomunikasi sehari-hari biasanya untuk saling membagi pengetahuan dan pengalaman seseorang kepada orang lain. Sebenarnya komunikasi tidak hanya secara lisan/verbal saja, berkomunikasi juga bisa dilakukan secara non-verbal, yakni dengan cara seperti gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek atau simbol-simbol dan sebagainya.
Seiring perkembangan zaman bentuk dari komunikasipun kian hari kian bertambah dan berkembang baik secara variasi bentuk ataupun cara yang dipakai. Diantaranya yaitu munculah suatu istilah komunikasi radikal, yakni suatu cara komunikasi yang dilakukan oleh suatu pihak dengan mengugunakan cara-cara ekstrim atau kekerasan. Perilaku atau cara komunikasi ini biasanya dilakukan oleh suatu pihak ketika dalam keadaan tertekan untuk memperlihatkan eksistensinya kepada puhak-pihak tertentu.
Dikaitkan dengan situasi saat ini, komunikasi radikal dapat direlevansikan dengan kejadian pemboman 17 Juli 2009 di Mega Kuningan kemarin. Dari perkembangan berita oleh media massa tentang kejadian tersebut, diduga pelaku aksi teror tiada lain adalah sama dengan pelaku peledakan bom Kuningan I, bom Bali I, dan bom Bali II. Siapa lagi kalau bukan si most wanted terroris kelompok yang selalu membawa atribut agama (Islam) dalam menjalankan aksinya (Noordin M Top Cs). Komunikasi ekstrim ini-pun berhasil. Mata dunia kembali menyorot tindakan biadab ini. Dalam pemahaman mereka (teroris-red) pihak asing (dunia barat-red) secara mutlak adalah musuh agama Islam.
Kelompok radikal ini tidak begitu memiliki jaringan media, akan tetapi mereka memiliki jaringan kader yang militan yang direkrut diam-diam secara personal, semuanya berjalan secara underground. Dari keterbatasan itu maka layaklah untuk memperjuangkan pemahamannya tersebut mereka menggunakan komunikasi radikal sebagai jalan untuk mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak lawannya (asing). Setelah beberapa tokoh mereka tertangkap dan dihukum, bukannya melemah justru mereka masih dapat membuktikan bahwa jaringan aksi jihad (versi mereka) belumlah mati dengan bukti aksi pemboman di Mega Kuningan kemarin .
Mau tidak mau, eksitensi para bomber kembali menguat karena setiap hari akan diberitakan oleh media masa dengan kata lain sekali lagi komunkasi radikal mereka berhasil.
Sebenarnya cara komunikasi radikal ini tidak hanya dilakukan oleh kelompok minoritas saja, justru suatu kelompok yang besarpun bisa saja melakukan cara tersebut untuk memperlihatkan power-nya dan membuat segan (lebih tepatnya merasa takut) pihak-pihak lain. Sebut saja negeri adidaya Amerika Serikat. Sudah bukan menjadi rahasia lagi, oleh banyak negara Amerika di cap sebagai penjahat dunia yang sesungguhnya. Untuk menggapai tujuannya, Amerika tak segan untuk melakukan kekerasan kepada negara-negara “jajahannya”. Dengan tanpa rasa malu mereka mengirimkan bala tentaranya dengan dalih ingin menjadi “pahlawan” bagi dunia.
Sebuah pengakuan memanglah penting, tapi bagaimanapun radikalisme tidaklah bisa dibenarkan. Komunikasi radikal bukanlah suatu cara yang bijak, sesunggunhya masih banyak cara lain yang lebih baik serta lebih positif yang bisa digunakan untuk memperlihatkan suatu eksistensitas. Kehidupan yang damai sudah barang tentu merupakan impian kita sebagai manusia bukan ?
9 komentar:
Adanya komunikasi radikal seperti itu lantaran ada stimulusnya, yang tidak lain tidak bukan adalah adanya ketidakadilan dan diskriminasi....
Ini untuk komunikasi radikal yang dilakukan oleh kelompok minoritas, sedang adanya komunikasi radikal oleh kelompok dominan (AMerika) adalah karena angkara murka :)
Best regards,
Irfan Melodic Nugroho
Melodramatic Mind
Facts on the Recent News
duhh.. belum siap untuk perkuliahan selanjutnya nih.. hihihi
komunikasi radikal terjadi karena tidak adanya jalinan komunikasi yang seharusnya
komunikasi sebenarnya sangat penting. Cuman kenapa bisa mengarah kekerasan. Komunikasi seharusnya menghubungkan
nice posting teman
Artikel yang bagus. Saya tidak bisa membenarkan komunikasi radikal, lebih banyak dampak buruknya...
Good Article, Salam Merdeka!!!!!!!!!1
Huhuhu, kadang orang emang salah dalam menggunakan alat komunikasi....
Tapi mudah2'an aja kedepannya, tidak lagi...
Jalan menuju kedamaian di dunia ini tampaknya masih panjang. Harus ada kemauan dan keyakinan dalam diri setiap insan bahwa cita-cita tersebut akan tercapai. Karena itu semuanya harus di mulai dari diri kita, keluarga, kemudian lingkungan, masyarakat dan negara untuk bersama-sama menciptakan kedamaian.
Dunia yang damai adalah harapan kita semua.
Salam sukses buat Odhiezone.
Semuanya yang membawa sifat 'terlalu' memang tidak akan membawa dampak yang baik. Terlalu radikal, terlalu sombong, terlalu berkuasa, dan sejenisnya. Tapi itu semua kembali kepada individunya, menurutku.
Kalau memang rasa ketidak-puasan dan diskriminasi yang dirasakan itu dijadikan sebagai pembenaran untuk menghilangkan nyawa orang lain, kita harus melihat kembali pihak mana yang sekarang berada dalam kondisi ketidak adilan dan diskriminasi. Apakah dengan jalan kekerasan, ketidak adilan itu langsung berlalu?
Kekerasan, kapanpun, bukanlah jalan keluar. Apalagi kalau harus menumbalkan nyawa orang lain.
Peace...
Aku pilih damai
Posting Komentar