Cerita Unik : Alasan Mengapa Memilih Calon Nomer Tiga

Oleh : Dodi Faedlulloh

Beberapa hari yang lalu tepatnya hari minggu tanggal 21 Juni 2009 Saya menyempatkan pulang ke kota kelahiran saya Tasikmalaya. Lumayan lah ada jadwal minggu tenang sebelum UAS bisa dimanfaatkan untuk bertemu dengan keluarga. Memang sudah lama juga saya tidak pulang kerumah tercinta ditambah lagi kesuntukan yang muncul karena terlalu lama terkontaminasi didunia kuliah.

Singkat cerita sampailah saya dirumah, sehubung hari-hari ini sedang musim pemilu capres dan cawapres maka saya tidak begitu heran ketika melihat banyaknya iklan-iklan berupa baliho,spanduk,pamlpet, dan poster terpasang dilingkungan dan di jalan-jalan dekat rumah saya. Tampaknya secara kuantitas dapat dilihat dengan jelas di daerah saya tinggal,Bojong Kaum, didominasi oleh calon nomer tiga,yaitu capres-cawapres Jusuf Kalla dan Wiranto. Akan tetapi ada sedikit pemandangan yang berbeda dari beberapa baliho yang berdiri tegar hampir disetiap samping jalan. Disebelah kiri foto pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto tampak ada sebuah foto dua orang perempuan yang sedang tersenyum manis berjilbab warna merah muda, ya memang benar kedua perempuan yang ada difoto tersebut yaitu istri dari Jusuf Kalla dan Wiranto. Saat pertama kali datang, jujur saja Saya tidak begitu menghiraukannya, karena Saya anggap sudah menjadi hal yang biasa dan lumrah kalau keluarga ikut dibawa-bawa kedunia politik oleh si politikus.

Tasikmalaya dikenal sebagai kota santri, menjadi suatu hal yang cukup pasti bilamana disetiap daerahnya itu selalu memiliki nilai-nilai religius yang menjadi pedoman dalam kehidupannya. Begitu juga di daerah tempat saya tinggal, Bojong kaum.


Keesokan harinya untuk menghilangkan rasa penasaran atas pertanyaan yang tiba-tiba muncul dari lubuk hati, kenapa dilingkungan tempat Saya tinggal begitu didominasi oleh iklan-iklan si calon nomer tiga. Sayapun lalu sedikit berbasa-basi bertanya kepada masyarakat disana, khusunya ibu-ibu pengajian yang suka lewat didepan rumah.”Wah sigana mah didieu bakal marilih JK-Wiranto nya?” (terjemahan bebas :”Wah tampaknya orang sini bakal pada milih JK-Wiranto ya?) Tanya saya kepada setiap orang saya temui. Tak seperti yang saya duga, hampir semua jawaban yang mereka lontarkan kepada saya tertuju kepada suatu alasan yang sama. Kurang lebih jawaban mereka seperti ini:”Ah ibu mah hoyong nyobian we gaduh presiden nu istrina ditiung buni siga istrina Jusuf Kalla jeung Wiranto,hehe” (terjemahan bebas : “Ah ibu sih cuma pengen nyoba punya presiden yang istrinya berjibab rapi kaya isrtinya Jusuf Kalla dan Wiranto, hehe”). Saya cuma terseyum mendengar jawaban tersebut dan baru tersadar dengan apa yang saya lihat, kemudian sayapun hanya bisa berguman sendiri dalam hati, “hmmm pantas iklan balihonya seperti itu”.

Kita perlu mengapreasi setiap argumen dan aspirasi yang muncul langsung dari bibir masyarakat, begitu juga dengan alasan yang dikemukakan oleh orang-orang yang saya tanya pada waktu itu. Setidaknya itu sebagian tanda dari sikap kritis mereka yang dimana dilatar belakangi oleh apa yang mereka lihat sendiri. Sejarahnya memang seperti itu, sampai saat Indonesia belum pernah memiliki presiden yang mempunyai istri berjilbab layaknya istri Jusuf Kalla dan Wiranto.Yah memang seperti itulah politik, politik dan politik. Hal kecil seperti itupun ternyata bisa menjadi nilai plus yang berpengaruh besar.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Dodi, memang benar simbol keagamaan untuk masyarakat tertentu masih sangat dihargai. saya kecewa dengan argumen tim sukses SBY yang mengatakan jilbab hanya simbol yang penting substansinya. Kalau gitu kita gak usah sholat barangkali karena substansinya adalah untuk mengingat Alloh.
Banyak juga yang gak suka sama SBY bukan karena jilbab tapi karena... Baca Selengkapnya udah mulai membangun dinasti dan kroni kaya model ORBA, kemana-mana anaknya yg kepilih jadi caleg ikut tampil, 3 bersaudara malarangeng terlibat jadi tim kampanye ini yang berpotensi jadi kroni...
siapa yang akan maju jadi RI-1 rakyat pemilihlah yang akan membuktikan. kalau sampai putaran ke-2, capres SBY berat untuk menang karena sangat mungkn antara JK dan Mega sudah sepakat berkoalisi.

Anonim mengatakan...

agama itu harus di atas segalanya, gx boleh d libatkan dlm poloitik praktis, ,JK-Win menerapkan teknik politik macam feodalism, ,krn masyarakat kita cenderung serig berkelompok dan bergerombol, yg tentunya issue agama ini cocok buat di pakai d negeri kita yg notabene mayoritas Islam, dan Islam'nya pun terdiri dari berbagai kelompok aliran. .SBY-... Baca SelengkapnyaBoediono kLo masuk d putaran 2 sulit, makanya d lawan dgn issue "pemilu 1 putaran d berbagai media", , ,jd bagus nantinya, teknik feodalism vs teknik image media. . .

menurut sayah eta mah Om. . . .

 
Creative Commons License
All contens are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License.

Creative Commons [cc] 2011 Dodi Faedlulloh . Style and Layout by Dodi | Bale Adarma