Oleh : Dodi Faedlulloh
Sebenarnya saya tidak terlalu tertarik untuk nulis ini, tapi apa mau dikata sampai sekarang apa yang akan saya tulis ini semakin merebak saja , ga ada habisnya diperbincangkan masyarakat. Hmmm jadi saya pengen mencoba untuk sedikit menulusurii fenomena ini.
Ponari ?? Sapa seh yang ga kenal ama dia ?? kalah dah kepopuleran para seleb dadakan juga!! Walaupun namanya hampir sama, si ponari ini ga ada hubungannya dengan Mpo Nori,,hahay … Ponari, seorang dukun cilik dari Jombang. Tanpa perlu memberikan jampi-jampi bahkan hanya mencelupkan batu itu kedalam air mineral, banyak pasien yang sembuh sehingga Ponari dianggap sebagai “Dewa Penyembuh”(gaya nyah !!). Maka itu orang berduyun-duyun datang dari berbagai daerah menuju tempat praktik dukun cilik itu dengan maksud agar bisa disembuhkan penyakit yang mereka derita.
Cerita berawal dari suatu hari si Ponari ini main hujan-hujanan (coba kalo lagi maen PS pasti bakal laen ceitanya) disambar petir tapi tidak mati (keren chuy kaya di film kartun !!!). Kemudian di kepalanya ada batu. Nah batu itulah yang kemudian dipakai untuk menyembuhkan. Cuma batu ?? iya serius cuma batu,, ga ada lagi, cuma batu yang berwarna aga kekuning-kuningan, itulah yang dipake Sang Dukun Cilik ini.
Yang menarik si Ponari tidak memasang tarif, sehingga banyak pasien yang sembuh justru memberi imbalan materi yang lebih. Penyakit yang dapat disembuhkan pun beragam, mulai dari penyakit dalam, bisu, tuli, dan mungkin bahkan penyakit yang semakin mewabah di masyarakat Indonesia, penyakit kebodohan dan kemiskinan. hahaha. Jelaslah ini mengundang perhatian orang banyak. Praktik dukun cilik ini tidak bertahan lama karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk dibuka lagi, begitu banyak orang yang berdesak-desakkan antri untuk bisa berobat, menonton bahkan berjualan sehingga ada pasien yang pingsan ketika mengantri bahkan meninggal ditambah lagi kondisi kesehatan dukun cilik yang mulai melemah akibat kelelahan dan tentunya dengan umur yang masih 10 tahun keluarganya pun harus memikirkan kelanjutan sekolah Ponari, demi masa depan sehingga semakin kuatlah alasan untuk ditutupnya praktik dukun cilik ini. Sehari sebelum Ponari sakit, dia harus melayani sekitar 6.500 pasien dalam waktu hanya 2,5 jam, dokter sehebat apapun tidak mungkin melakukan ini.
Dari yang saya dengar. Katanya akibat kelelahan si Ponari ini jatuh sakit.. oo ooww,,Saya juga jadi bingung kenapa pas Ponari sakit, tinggal sembuhin aja pake batunya itu, dijilat, dicelup, dimasukin,sembuh dah !!! haha
Untuk kali ini saya coba (mule serius neh) melihat fenomena ini dari sudut pandang sosial. Pertama tentang irasionalitas warga. Seperti yang kita tahu, sudah menjadi culture masyarakat kita percaya akan hal yang mistik-mistik, ya mau gimana lagi hal ini sudah menjadi didikan kecil yang selalu diterapkan orang tua kepada anak-anaknya. Ya ujung-ujungnya makin mengental lah jiwa warga kita terhadap hal yang berbau mistik. Tiada lain tiada bukan solusinya yaitu harus adanya perubahan cara pendidikan, khususnya bagi orang tua, coba rubahlah culture ini, terapkan pendidikan agama yang kuat dari kecil. Intinya kuatkan iman saja, karena banyak hal-hal yang “aneh” samakin menjamur ditanah air kita.
Kedua, tentang alasan kenapa banyak warga memilih Ponari sebagai pengobatan. Dilihat dari kondisi sosial mereka (para pasien) datang berasal dari kalangan miskin. Mahalnya “tarif medis” bagi pasien “rakyat berada” mungkin tidak masalah, tapi bagi pasien “rakyat miskin jelata” yang mayoritas di Indonesia sangatlah berat. Dalam benak mereka apabila kena sakit berat atau kecelakaan sampai masuk rumah sakit berarti “bencana”. Sudah merasakan sakit, juga kena “vonis” jutaan rupiah, pilih tetap sakit, atau sembuh dengan vonis jutaan rupiah. Terutama di kota besar, saat masuk rumah sakit (operasi atau tidak) “ditodong” harus bayar dulu separo uang muka biaya sebagai jaminan, itupun kalau benar-benar sembuh. Maka jangan harap bila sakit, tanpa duit, bisa masuk rumah sakit. Sudah bukan hal yang mengherankan, banyak para warga miskin yang telah menjadi korban, karena tidak punya duit akhirnya mereka pun “diusir”… huhuhu sangat menyirit hati. Mungkin untuk beberapa taun kedepan didepan rumah sakit bakal dipampang dengan jelas peraturan “ MAAF TIDAK MELAYANI ORANG MISKIN”… yah inilah realita tanah air kita tercinta.
Karena mahalnya “tarif” medis, maka bagi kalangan rakyat menengah kebawah khususnya rakyat miskin yang mayoritas, dicarilah jalan “alternatif” untuk sembuh. Alternatif orangnya, alternatif ilmunya, alternatif obatnya, terutama alternatif “biayanya“. Maka begitu ada info “si A” bisa sembuhkan berbagai penyakit, berbondonglah para pasien untuk antri kesembuhan. Termasuk begitu dengar Mohammad Ponari sang dukun tiban cilik berusia 10 tahun asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang yang isunya segala penyakit bisa sembuh dengan “tarif” seikhlasnya(khabarjoss.com). Tuch keren kan Ponari !! Dia datang benar-benar bagaikan “dewa penyelamat”. Hehehe,
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya utarakan dari fenomena ini, kaya’ eksploitasi besar-besaran anak kecil bahkan sampai hikmah dari kejadian ini (menggeliatnya ekonomi di desa tempat si dukun tiban tersebut. Masyarakat sekitar banyak yang mendapat berkah dari berdagang makanan, minuman, dll. Bahkan menurut keterangan salah satu wartawan ibukota yang saat itu meliput, parkir kendaraan bisa sampai 2 km) tapi sehubung kapasitas saya sudah tidak mencukupi (maklum gW mahasiswa “super” awam,,haha) saya cukupkan tulisan ini sampai disini.
Mungkin cukup segitu, mohon maaf sebelumnya, ga ada niat dari penulis untuk so’ menasehati, atau so’ menceramahi, tapi cuma ingin mengungkapkan apa yang ada dalam isi hati. []
0 komentar:
Posting Komentar